Nama : Abdurrahman Fajri
Npm: 2022246500835
R3K
Filsafat Seni
Latar
Belakang
Avatar bercerita tentang perjuangan Jake
Sully untuk menyelamatkan planet alien bernama Pandora yang dianggapnya sebagai
rumah. Berlatar belakang pada tahun 2154, di mana Bumi telah mengalami krisis
energi, sebuah organisasi bernama Resources Development Administration (RDA)
menambang mineral langka di planet Pandora selama tiga dekade.Karena atmosfer
di Pandora beracun, para ilmuwan organisasi tersebut menciptakan program
"Avatar", di mana manusia menjadi "driver" dengan kesadaran
mereka disambungkan ke tubuh biologis yang dikendalikan dari jarak jauh yang
dapat bertahan hidup di udara planet Pandora yang mematikan.Avatar-avatar ini
adalah hasil rekayasa genetik dari DNA manusia dan penduduk asli Pandora, ras
alien Na'Vi.
Jake yang awalnya bertugas sebagai
negosiator dan mata-mata, malah memihak pada suku Na'Vi. Terlebih saat dia
bertemu dengan Neytiri. Dia merasa suku Na'Vi adalah ras murni yang sangat
baik.Kekacauan pun dimulai ketika RDA bertekad mengeksploitasi dan
menghancurkan rumah leluhur bangsa Na'Vi yang sudah ada sejak 10.000 tahun
lalu. Jake mulai bimbang antara memilih pekerjaannya atau membela suku Na'Vi.
Rumusan masalah
Ketika film pertama
terjebak dalam terlalu banyak narasi dari Jake yang mengurangi semua aspek
dinamis menjadi eksposisi untuk membangun pertumbuhannya, film ini memiliki
pembangunan dunia yang lebih didorong secara emosional di mana ia bukan titik
fokus. Yang asli terasa seperti hanya menetapkan detail dan karakter minimal untuk kemudian membangun kesimpulan yang
tak terelakkan. Meskipun tontonan semacam ini bisa sangat mencolok dan
dinamis, jika tidak memiliki kedalaman emosional maka hanya akan berakhir
dengan perasaan hampa. Avatar: The Way of Water membuat kisahnya membuat
jantung berdetak kencang, berbuat lebih banyak dengan lebih sedikit dengan
meluangkan waktu untuk mengeksplorasi lebih banyak nuansa karakternya dalam
kehidupan sehari-hari. Ada rentang panjang di mana karakter bisa saja ada
tanpa plot yang mengarahkan apa yang kita lihat dari mereka. Meskipun hal
ini mungkin membosankan bagi sebagian orang, ada baiknya jika kita berinvestasi
pada detail karakter dan apa yang kemudian mereka perjuangkan. Hal ini
menciptakan kesan nyata bahwa Na'vi lebih dari sekadar latar belakang cerita
standar yang menyedihkan, namun merupakan bagian integral dari pengalaman. Merekalah
yang memberikan bentuk dan bentuk cerita ini ketika kita mengamati semua aspek
kehidupan mereka yang beraneka ragam yang sepenuhnya membenamkan kita dalam
dunia mereka.
Metode
yang digunakan
Avatar 2 direkam dengan tekhnik berbeda, metode syuting yang tidak
konvensional. James Cameron melakukan syuting dengan kamera Sony Venice yang
spesial. Sony menyebut sistem kamera itu Sony CineAlta Venice 3D.Untuk
sekuel Avatar ini, beberapa kamera Sony Venice dipasangkan di berbagai
perangkat stereoskopik 3D. Disambungkan dengan sistem kabel Sony, yang juga
satu-satunya bagian dari Venice untuk sensor gambar yang dinamakan Rialto.
Rialto juga secara signifikan mengurangi bobot kamera dibanding alat lain.
Dengan bobot itu, kamera gede tersebut bisa lebih ergonomis. James Cameron pun
bisa memperoleh kemampuan untuk merekam dengan fleksibilitas dan kebebasan yang
lebih besar. Sementara, Rig 3D atau dikenal
sebagai rig beam splitter, juga dipasangkan. Dengan teknologi itu, seluruh ide
3D kemudian bisa dimaksimalkan, menambah kesan mendalam yang bisa dirasakan
dalam sebuah gambar.
Komentar
Posting Komentar